Satu Guru Menuju Perubahan

 


"Perubahan"  sebuah kata  penyemangat untuk berbuat  lebih baik. Tanpa ada daya motivasi akan selamanya terkurung dalam lingkaran yang akhirnya akan kembali pada kondisi semula.  Lantas di mana letak perubahan itu?

Pendidikan merupakan wadah untuk  mencetak manusia yang berkualitas. Pendidikan sebagai ajang untuk merubah sikap dan tingkah laku, mendapatkan kompetensi dan kecakapan.  Saat ini lembaga pendidikan yang banyak di gunakan adalah sekolah. 

Orang tua sudah pasti mencari sekolah yang terbaik untuk anak-anaknya. Sekolah yang bermutu, mampu menghasilkan output  yang bisa diandalkan.  Untuk mendapatkan kesempatan tersebut tidak semua anak memperolehnya, mengingat kondisi lingkungan di mana anak tersebut berada. 

Semestinya tidak ada perbedaan antara sekolah satu dengan yang lain. Dimanapun berada sekolah merupakan lembaga pendidikan yang melayani kebutuhan peserta didik. Sebagai rambu-rambu, telah ditetapkan kurikulum.   Di Indonesia telah telah ditetapkan beberapa kurikulum dan saat ini menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum merupakan pedoman yang digunakan untuk pemenuhan target kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.

Di era digitalisasi bagaimana relevansi kurikulum 2013?

Di masa pandemi Covid 19 telah digunakan kurikulum darurat (kurikulum dalam kondisi khusus yang berlaku untuk anak usia dini pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pelaksanaan dalam kondisi tersebut sangat fleksibel karena disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran siswa, sebagaimana yang di sampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bapak  Nadiem Anwar Makarim. Satuan pendidikan dapat menggunakan tiga opsi yakni 1) tetap mengacu kepada Kurikulum Nasional  2) menggunakan kurikulum darurat, 3) melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri. 

Era digitalisasi menuntut guru untuk merubah cara belajar mengajar. Perkembangan teknologi dan informasi merubah pola interaksi.  Dengan kebiasaan yang dilakukan pada saat pandemi Covid 19,  penggunaan media digital merupakan kebutuhan. Piranti digital merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mencapai target kompetensi. 


Polarisasi  pendidikan

Ketidakmerataan fasilitas yang dimiliki setiap lembaga pendidikan, menyebabkan adanya polarisasi kepentingan. Kelompok kerja guru ataupun kepala sekolah merupakan wadah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di  sekolah.  Di kelompok tersebut juga bisa dilakukan kegiatan-kegiatan positif misalnya  penyusunan silabus dan RPP, penyusunan soal assesmen, pelatihan-pelatihan dan lain-lain.

Keambiguan telah terjadi akibat fenomena yang datang secara mendadak. Sejak datangnya pandemi Covid 19 dan gelombang  teknologi informasi begitu deras menyebabkan adanya perbedaan penanganan dan bahkan perbedaan itu sangat mencolok. Di satu sisi ada beberapa sekolah yang mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. Namun ada juga sekolah yang kedodoran dalam mengikuti juknis yang keluarkan dari kementerian. 

Pemahaman terhadap kebijakan belum dipahami secara maksimal. Hal tersebut ada dua faktor yakni karena adanya keterbatasan  dengan alasan tidak mampu atau sengaja tidak mau belajar. Seyogyanya sebagai pendidik harus menjemput bola, buka menunggu hujan turun dari langit. Saya jadi teringat bagaimana awal pelaksana kurikulum 2013. Ketidaksiapan sekolah melaksanakannya karena rumitnya penilaian. Menjelang pembagian rapor sekolah-sekolah dilingkungan kelompok kerja pada protes. Dan ternyata keluhan masif dan ditandai adanya surat edaran dari kementerian tentang penundaan pelaksanaan. Namun apakah dengan adanya pandemi Covid 19 dan  era revolusi 4.0 harus dilakukan penundaan? Begitu naif jika hal tersebut terjadi, nasib peserta didik dipertaruhkan. 

Bukan isapan jempol belaka, ketidaksiapan terdengar diberbagai sekolah. Keluhan kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena kurangnya dukungan orang tua, fasilitas yang kurang memadai,  dan sebagainya, sehingga terjadi kesenjangan antara sekolah yang fasilitas dan lingkungan memadai dengan sekolah  yang tidak ada dukungan sama sekali. Hal tersebut saya pantau dari beberapa sekolah yang ada di lingkup kelompok kerja dan posisi saya adalah sebagai pengurus  salah satu kelompok kerja kepala sekolah di Kabupaten Kotawaringin Timur. 

Sebagai bukti nyata sebelum pelaksanaan penilaian Akhir semester 1  tahun pelajaran 2021/2022 Kabupaten Kotawaringin Timur akan melakukan pemetaan terhadap kualitas pembelajaran di sekolah melalui alat tes PAS  yang disamakan dan hasil tes murni dikirim ke kabupaten dengan harapan mampu mengukur kemampuan guru sehingga guru-guru tersebut dilakukan pembinaan. Wacana tersebut di tindaklanjuti  dalam kelompok kerja melalui  perwakilan masing-masing  daerah. Hasil kesepakatan  tetap dilakukan PAS bersama  mengingat perlu adanya gebrakan perubahan. 


Suka tidak suka sekolah harus menerima keputusan tesebut,   setelah pelaksanaan terdapat  pro dan kontra mengingat kemampuan sekolah yang bervariasi. Untuk melakukan perubahan perlu proses, walaupun saya sendiri belum begitu yakin apakah cara tersebut efektif. Apakah ketercapaian kompetensi hanya diukur dari angka yang sangat bertentangan dengan konsep merdeka belajar.  

Namun pemetaan  tetap dilakukan dengan mengacu sebagaimana yang dilaksanakan  Kemdikbud  yang berupa ANBK diperuntukan peserta didik kelas 5, 8 dan 11.  Begitulah yang di sampaikan oleh Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur dalam Rapat KKKS Se-Kotim pada tanggal 24 September 2021.  Selain itu Forum KKKS Se-kotim juga mewacanakan adanya pembuatan LKS bersama dan bisa mencetak buku mulok  (bahasa, ketrampilan dan kesenian)



FKKKS Se-Kotim


Resolusi tahun 2022

Rapat evaluasi terus dilakukan untuk mendapatkan langkah yang terbaik dengan menggali berbagai masukan. Kegiatan yang   pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah sangat bervariasi menjadi bahan petimbangan. Apalagi pelaksanaan pembelajaran masih menggunakan sistem tatap muka terbatas secara otomatis opsi  kurikulum  yang digunakan masing-masing sekolah pun berbeda menyesuaikan kondisi lingkungan belajar.  

Untuk menyikapi  hal tersebut langkah yang di ambil KKKS   masing-masing daerah menjaring aspirasi. Kemudian di bawa ke Forum KKKS  Kabupaten.  Saya merasa ketua KKKS kok seperti anggota DPR, hee ... hee..

Kami mengajukan opsi sejalan dengan kondisi global dan hal mana yang menjadi prioritas.  Sejalan dengan program yang dilaksanakan Kemedikbudristek maka penyusunan soal bersama bisa dilakukan, namun bukan merupakan penilaian akhir semester yang berpengaruh pada perhitungan nilai raport siswa. Penyusunan soal berupa Asesemen Ketuntasan Minimal (AKM) yang di lakukan ditingkat lokal bisa  diujikan pada semua kelas. Instrumen tes pun dibuat simpel dengan menggunakan perangkat yang mudah didapatkan yakni  gawai. Penggunaan google form sangat mungkin bisa diterapkan,  mengingat fasilitas tersebut sederhana. Siswa bisa mengerjakan dimana saja, tergantung kemampuan sekolah. 

Langkah prioritas lanjutan adalah menumbuhkan kreativitas guru dan kepala sekolah. Mendorong mereka untuk selalu berkarya demi kemajuan peserta didik. Selalu memanfaatkan kegiatan forum kelompok kerja sebagai ajang  urun rembuk (diskusi)  untuk menggali potensi guru maupun siswa dengan memperhatikan kearifan lokal. Pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa, sehingga tercipta suasana yang menyenangkan. Dalam hal ini apa yang menjadi wacana FKKKS Se-Kotim yakni pembuatan modul pembelajaran dan lembar kerja siswa  akan ditindaklanjuti untuk  menyesuaikan lingkungan belajar siswa.  

Tidak kalah penting adalah menjadikan guru dan kepala sekolah kuasai literasi digital. Beberapa kegiatan yang berupa sosialisasi dan workshop  akan terus dilakukan.  Berbagai ketrampilan yang bermuatan digital  terus diasah dan akan dimasukkan dalam program kerja. 

Memaksimalkan fungsi kelompok kerja sangatlah tepat. Namun pembuatan program kerja  harus searah  dengan perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi.   Kegiatan  harus mendorong kreativitas guru dan kepala sekolah untuk mencetak generasi yang unggul, berkompeten,  mampu bersaing  di dunia global dan yang terpenting adalah  mengutamakan akhlak sebagai landasan bersikap. Mari kita dorong perubahan itu.  #SATUGURU

Di tulis oleh : Aini Farida, S.Pd ( Kepala Sekolah dan Ketua KKKS) 
Tempat Tugas : SDN 3 Samuda kota







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelombang Senja

Membangun Digital Space yang Aman Untuk Anak

BUku Mahkota Penulis, Buku Muara Penulis