Stategi Menangkal Hoaks

 Resume  GMLD 5

Narasumber : Heni Mulyati,M.Pd

Modearator  : Muliadi, M.Pd


Kesamaran informasi  sering di kobarkan oleh oknum  dengan tujuan tertentu.  Mereka   menyebarkan   melalui  media-media online berupa orasi, kampanye, foto-foto, gambar, narasi dan sebagainya. Sering kita jumpai di  grup WatshApp dan Facebook  yang  lekat  dikalangan masyarakat lintas generasi,  masyarakat awam bahkan yang terdiidk pun terbius mempercayai. Informasi tersebut  berseliweran  sehingga  tidak bisa membedakan mana yang benar mana yang salah.   Lebih fatal  lagi penerima informasi memakan  mentah-mentah kemudian dengan  mudahnya membagikan ke grup-grup lain. 

Masyarakat harus cerdas menghadapi  kondisi tersebut. Dari mana sumber hoaks dan  bagaimana cara kita bersikap?  GMLD pertemuan ke 5   dengan narasumber Ibu  Heni Mulyati, M.Pd  memberikan paparan  dengan tema " Strategi Menangkal Hoaks"    

CV Ibu Heni  Mulyati

Sebagaimana biodata yang di bagikan oleh moderator yakni   Bapak Mulyadi,  beliau lahir di Cilacap pada tanggal 11 Januari 1982. Mengenyam pendidikan S1 dan S2 dari UNJ pada bidang bimbingan dan konseling dengan IPK 3,83  dan 3,71. woow ..., amazing!  Tidak hanya sebatas IPK, multitalenta ada pada diri beliau. Berpengalaman di berbagai organisasi,  sebagai  narasumber, fasilitator,dosen tamu/pemakalah berbagai event.  Banyak menerbitkan jurnal dan publikasi ilmiah. Saat ini beliau sebagai Tim Pengembang Kurikulum Literasi Digital Program Tular Nalar ),Malindo -Maarif Institute -Love Frankie didukung Google.org. Koordinator Pengembangan Kurikulum Literasi Media, Malindo bekerja sama dengan Internews, di dukung USAID. 

 


Banyak istilah-istilah baru  serapan dari bahasa asing yang familiar dalam kehidupan sehari-hari terutama di era digital. Kata "Hoax"  atau hoaks  sering kita perdengarkan di percaturan perpolitikan yang ternyata banyak dilakukan oleh orang dewasa. Ambisi dan  persaingan sering menjadi penyebab. Pembunuhan karekter dilakukan secara sadis tanpa harus harus melibatkan gerakan fisik.  

Pada kenyataannya Hoaks sudah merambah ke berbagai bidang dan dilakukan oleh siapa saja,  bahkan ada yang dilakukan sekedar iseng.  Apapun motifnya menyebarkan hoaks sangat merugikan. 


Hoaks mulai mengakar kuat bagaikan penyakit kanker stadium 4 yang harus dibasmi.  Daya rusaknya akan merobohkan sendi-sendi pertahanan, sehingga harus disiapkan imun untuk memperkuat diri. Mereka menyerang dari berbagai arah dengan berbagai sasaran: inidividu atau  kelompok,  ras, agama, etnis dan sebgainya.


 STRATEGI MENANGKAL HOAKS


Ibu Heni di awal kegiatan GMLD memperkenalkan MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia)  . Mafindo merupakan organisasi kerelawanan yang memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya berita bohong (hoaks). Sepak terjang komunitas mafindo yang solid sudah mempunyai banyak anggota yang terdiri dari 1.000 + relawan di 19 kota. Merupakan salah satu organisasi periksa fakta di Indonesia yang menjadi IFCN Signatory, yang pesertanya aktif  di forum periksa fakta nasional dan internasional.

Ibu Heni juga mempersilahkan kepada siapa saja yang ingin bergabung menjadi anggota mafindo, baik dari ibu rumah tangga, mahasiswa, jurnalis dan sebagainya. Semoga semakin banyak anggota yang terekrut,  hoaks bisa dikurangi seminimal mungkin. 




Ibu Heni memberikan  3 materi pembahasan dalam strategi manangkal hoaks yaitu,  

  1. Perkembangan era digital dan banjir informasi
  2. Hoaks, motif, jenis, ciri dan dampaknya
  3. Tips periksa fakta singkat

Perkembangan era digital dan banjir informasi

Era digital merupakan era dimana masyarakat dimanjakan dengan adanya teknologi. Indonesia pada tahun 1945 hanya mengenal radio yang ditandai dengan lahirnya RRI tepatnya pada tanggal 11 September 1945.  Kemudian televisi mengudara pada tahun 1962. walaupun kedua media tersebut sudah ada sejak sebelum saya lahir, namun tidak semua masyarakat bisa menikmati. Saat itu Televisi hitam putih hanya di miiliki oleh beberapa orang, sehingga untuk menonton acara aneka ria safari harus menumpang televisi tetangga, hee .. hee... 

Dunia digital terus berkembang hingga kita bisa mengenal telepon yang di kembangkan oleh PT Telkom Indoneisa.  Ternyata Ibu Heni Mulyati  yang kelahiran 1982 merasakan juga bagaimana hidup dipedesaan tanpa ada jaringan listrik, nonton televisi TV menggunakan daya AKi.  Untuk menelepon harus  antri di  wartel   menggunakan telepon umum dengan koin.

ya ..., itu dulu! 

Perubahan begitu drastis telah mengubah pola hidup masyarakat. Informasi searah dan peran kita hanya sebagai pengguna.  Saat ini jaringan televisi bisa dinikmati oleh siapa saja hingga pelosok desa. Televisi bukan lagi barang mahal, namun sebagai keperluan yang wajib dimiliki. Untuk menelepon tidak harus keluar rumah, semua sudah ada digenggaman.  Informasi datang secara masif dengan mudah diperoleh. dari usia anak-anak, remaja hingga orang tua baik di desa mapupun perkotaan bukan barang asing lagi, semua bisa berselancar di dunia maya. 

Percakapan bisa di lakukan dimana saja, informasi bisa disebarkan dalam hitungan detik  melalui grup percakapan.  Informasi membanjiri semua fasililitas digital. 



                               


Siapapun bisa menjadi pembuat, penyebar dan pengguna informasi. Untuk menjadi terkenal tidak harus mengikuti audisi, dengan mengembangkan kreatifitas, maka dengan mudah bisa kita dapatkan.  Seorang youtuber dapat menjadi milyader dengan konten-konten kreatifnya. 



Pekembangan teknologi informasi memberi kemudahan bagi manusia. Dunia seakan sudah tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Jarak bukan lagi menjadi halangan untuk melakukan komunikasi.   Namun   imformasi yang kita terima, ada yang bernilai positif dan ada yang mengandung unsur hoaks. Dalam hal ini Mafindo melakukan pemerikasaan fakta berdasatkan laporan yang masuk, terdapat 2.298 hoaks selama tahun 2020. Dilihat dari temanya politik dan kesehatan menduduki peringkat terbesar di banding tema-tema lainnta ( sumber: Libang mafindo)



Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa beredarnya hoaks yang menempati peringkat pertama adalah Facabook sebesar 63%,  peringat kedua WhatsApp sebesar 14 %, peringkat ketiga Twitter sebesar 2%.

Pengguna media sosial merupakan sasaran utama penerima  hoaks. Ibu Heny menekankan pentingnya bagi kita untuk membedakan mana hoaks atau bukan, dengan memiliki kemampuan periksa fakta yang cukup.

Tidak semua informasi yang diterima dengan perasaan yang aman, apalagi saat berada pada grup percakapan.   Di dalam grup percapakapan  bervariasi kondisi setiap anggota dengan latar belakang yang berbeda-beda. Informasi-informasi ada yang serius dan ada yang kurang serius atau bisa jadi berupa candaan.

Ada beberapa informasi yang disampaikan Ibu Heni terkait bajirnnya  informasi yaitu,

  1. Era Post truth
  2. matinya kepakaran
  3. Filter bubble dan echo chamber



1. Era post truth

 Era post truth merupakan situasi dimana hoaks memliliki pengaruh yang besar sehingga mengalahkan fakta. Dia tidak akan menerima apapun karena keyakinan pribadi yang sangat besar. 


2. Matinya kepakaran

Banyak orang memberikan gagasan teoritis yang bukan ahlinya sehingga dianggap sebuah kebenaran. Dimasa pandemi covid 19 banyak konspirasi-konspirasi yang tidak masuk akal sehingga mengalahkan nalar, yang mengakibatkan pembangkangan tidak patuh pada aturan pemerintah. Misalnya orang yang bukan ahli kesehatan, seaakan-akan dia yang paling tahu tentang dunia kesehatan. 


3, Filter bubble dan echo chamber 

Filter bubble mengacu pada data  histori pengguna. Data histori penelusuran akan selalu mucul di beranda media sosial kita, sehingga akan  memberi informasi yang berkaitan histori penelususran sebelumnya. Bagaimana filter bubble bekerja?  Jika kita menyukai video atau foto tertentu maka media sosial tersebut akan memunculkan konten-konten yang serupa. Begitu juga konten yang disukai teman.  Kita tahu kan bagaimana cara kerja Facebook  atau YouTube? "Teman anda menyukai …..,"(menyebutkan konten media yang dibuka teman). Contoh lain: jika kita baru saja  membuka YouTube tentang Infonesian Idol maka video berikutnya akan muncul  berbagai tayangan tentang hal tersebut dengan even yang lain.

 

Echo chamber  merupakan efek dari filter bubble yakni berdasarkan kesamaaan informasi yang kita dapatkan dari kecenderungan penelusuran.  Oleh karena informasi yang kita terima  mempunyai asumsi yang sama, sehingga  tidak ada  pembading menyebabkan informasi tersebut menjadi berat sebelah.  Contoh nyata adalah konspirasi konyol  yang  marak beredar dengan menyangkal teori-teori yang sudah paten dan diteliti para ahli. Orang yang sudah teracuni konspirasi hairnya bagaikan kristal membeku yang sulir di hancurkan. Contoh seperti inilah yang sangat berbahaya

Hoaks, motif, jenis, ciri dan dampaknya

Apa itu Hoak?

Hoaks berasal dari kata `hocus`  sama artinya untuk menipu atau mengelabuhi. Kata tersebut digunakan di Inggris  sekitar akhir abad 17 yang digunakan  oleh pesulap  dengan sebuatan hocus pocus merupakan  celoteh tanpa arti untuk mengelabuhi, atau mirip dengan SIM SALABIM

Jadi Hoaks adalah Informasi yang tidak sesungguhnya , tetapi  di buat seolah-olah benar.  Sering kali hoaks dijadikan opini yang sangat di percaya  banyak orang. Minimnya kemampuan digital dan tidak meratanya kamampuan kritir, polarisasi masyarakat, belum cakap memilah informasi dan minimnya kemampuan periksan fakta merupakan faktor penyebab orang percaya hoaks.

Ada beberapa alasan orang menyebarkan hoaks versi Mafindo antara lain: ingin memprofokasi, keuntungan politik, keuntungan ekonomi, iseng, ingin menjadi paling update, bergantung dengan gawai, dan terlalu cemas. 

Tujuh kategori  disinformasi dan misinformasi yang digunakan Mafindo yang diguna untuk memeriksa fakta yaitu:

  1. Satire atau parodi, tidak ada niat unutk merugikan namun berpotensi mengelabui
  2. Konten yang menyesatkan, penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu atau individu
  3. Konten tiruan, ketika sumber asli di tiru
  4.  Konten palsu, konten baru yang 100% salah dan didesain untuk menipu atau merugikan
  5. Koneksi yang salah, ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung gambar
  6. Konten yang salah ketika konten yang asli dipadankan konteks informasi yang salah
  7. Konten yang dimanipulasi, ketika informasi atau gamabr yang asli dimanipulasi untuk menipu


https://www.youtube.com/watch?v=ojCpsFhmSS0


CONTOH KONTEN_KONTEN HOAKS

Satire atau parodi, konten palsu, koneksi yang salah.


konten yang menyesatkan, konten yang salah, konten tiruan, dan konten yang dimanipulasi.


Ciri-Ciri informasi hoaks



Ciri-ciri informasi hoaks anatar lain: Sumber informasi tidak jelas, biasanya bangkitkan emosi, kelihatan ilmiah namun salah, isinya sembunyikan fakta, dan minta diviralkan. Dalam hal ini  Mafindo rekomendasikan untuk sumber informasi gunakan rujukan media kredibel atau anggota Dewan Pers. Atau sumber dari lembaga resmi terkait.

Dampak hoaks


Tips periksa fakta



Cara sederhana untuk periksa fakta



 
  • Gunakan Google Reverse image/Google Image untuk cek unggahan foto
  • Cek pada media yang kredibel (anggota Dewan Pers)
  • Cek pada situs pencari fakta seperti : www.turnbackhoax.id dan www.cekfakta.com.
  • Gabung di grup FB : Forum Anti Fitnah, Hasut dan Hoax ( FAFHH)
  • Install aplikasi Hoax Buster Tools dari Malindo
  • Cek pada Kalimasada (WA Mafindo) atau chatbot untuk fungsi sejenis.

Caca cek hoaks di chatbot WhatshApp


Belajar literasi digital





Penutup

Berhati-hatilah  dalam memposting konten di media sosial. Berfikir dahulu sebelum berbuat. Bijak djalam menggunakan media digiatal akan mneyelamatkan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara. Mari kita dukung misi kemanusian yang dilakukan Organisasi Mafindo, semoga semakin banyak relawan yang ikut bergabung dan mengkampanyekan anti hoaks. Termakasih Ibu Heni..., paparan yang luar biasa. 





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelombang Senja

Membangun Digital Space yang Aman Untuk Anak

BUku Mahkota Penulis, Buku Muara Penulis