GURU ERA ABAD 21

 


DERAP LANGKAH SAMBUT  ERA DIGITALISASI

 

Era abad 21 merupakan era keterbukaan. Tuntutan globalisasi menjadi prioritas, tantangan yang dihadapi guru semakin  berat, mampukah  menjadi agen perubahan?

"Guru  inovatif" itulah yang diharapkan. Pemerintah dengan segala upaya menjembatani  untuk meningkatkan kompetensi guru.  Banyak fasilitas digunakan melalui Kemdikbud antara lain: guru  penggerak, sekolah penggerak, merdeka belajar dan program TPN (Temu Pendidik Nusantara) yang diselenggarakan Kampus Cikal dan lain-lain.

Organisasi, lembaga pelatihan, perusahaan  seperti E-guru,  Ruang Guru dan lain-lain,  sering menyelenggarakan kegiatan workshop dan pelatihan tentang pembelajaran interaktif dan inovatif  secara virtual. Webinar-webinar sering dilakukan  hanya dengan duduk tempat kita bisa mengikutinya. Untuk  meningkatkan  mutu pendidikan, dinas pendidikan  kabupaten atau provinsi sering pula menghadirkan narasumber ataupun  menggandeng  penyelenggara agar guru-guru bisa ikut serta.  


Untuk mengoptimalkan pembelajaran daring kemdikbud juga menyediakan akun belajar.id dengan basis data yang diambil dari dapodik. Tidak kalah ambil peran Kabupaten Kotawaringin Timur dimana tempat saya mengabdi.  Dari pihak  dinas pendidikan turut serta  mensosialisasikan dan mempelopori  kegiatan workshop pemanfaatan akun belajar yang dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 23 Juli 2021 secara virtual.   Satu  orang guru  saya ikut ambil bagian.  Alhamdulillah,  lulus dengan baik dan mampu mempraktekan penggunaan classroom, google form, google site, dokumen, google meet,  jamboard, speadsheet, slide, dan mengkombinasikan fasilitas-fasilitas  yang disediakan google untuk keperluan pembelajaran.


Namun ketrampilan tersebut tidak bisa langsung dipraktekkan di lapangan. Kondisi ekonomi, ketersediaan sinyal dan tingkat pengetahuan orang tua menjadi kendala.  Pembelajaran daring tidak bisa berjalan dengan baik jika tidak dibarengi oleh dukungan orang tua. Alat komunikasi yang dimiliki keluarga menggunakan sistem kroyokan, sehingga guru kesulitan menyampaikan pesan. Dalam satu kelas hanya 30 % yang betul-betul mampu mengoptimalkan peralatan gawainya. Memang tidak semua sekolah mengalami kendala tersebut, ada sebagian  yang bisa melakukan pembelajaran daring penuh. 


Kendala apa yang dihadapi sekolah-sekolah?

Dalam rangka  peningkatan kompetensi, saya selalu mendorong guru-guru di tempat saya bertugas untuk  mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan diri.  Hal tersebut juga saya lakukan di kelompok kerja mengingat sering   mendapat amanah untuk mensosialisasikan dan juga menggerakkan di kelompok kerja. Kebetulan posisi saya adalah sebagai pengurus kelompok kerja kepala sekolah di wilayah kecamatan.  

 

Pernah beberapa kepala sekolah saya mintai keterangan mengapa tidak mengirim utusan sebagai perwakilan yang nantinya bisa mengimbaskan di sekolah. Ternyata guru-guru di daerah masih banyak yang kurang proaktif untuk melakukan perubahan. Beberapa permasalahan  sering muncul permukaan antara lain: kegiatan dilaksanakan secara virtual susah dilakukan apalagi melalui zoom, kendala sinyal  dan yang lebih parah lagi masih merasakan kenyamanan pertahankan tradisi lama. Mungkin kita sudah bisa menebak perkataan tersebut seringkali dilontarkan oleh guru jadul, yang tidak mungkin dilakukan oleh guru milenial. Apa salahnya guru jadul,saya sendiri juga guru  jadul, he... he...


Guru yang kreatif tidak akan  kehilangan cara untuk dapat melakukan pengembangan diri. Pihak penyelenggara setiap kegiatan selalu memprediksi kemungkinan jika pertemuan daring sinkron tidak berjalan dengan baik, dengan menyiapkan fasilitas YouTube.   Saat ini tidak ada guru yang tidak memiliki akun media sosial, minimal mereka  memiliki akun Facebook dan WhatsApp. Bagaimanapun juga  pemanfaatan platform tersebut bisa digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat dan lebih inovatif. 


Daya dukung dan pemenuhan sarana prasarana

"Mindset susah" harus dibuang jauh-jauh.  Seorang guru harus melek IT. Sarana prasarana harus terpenuhi. Oleh pihak sekolah optimalisasi  anggaran  melalui dana bos wajib dilakukan. Pelatihan IT untuk guru wajib dilakukan oleh  sekolah. Program-program di kelompok kerja perlu digalakkan.  Peran serta kepala sekolah sangat penting untuk mendorong peningkatan kompetensi. 


Digitalisasi sekolah  harus di dukung oleh sumber daya manusia. Peran guru sangat berpengaruh pada kemajuan peserta didik. Sinergi antar sekolah dan orang tua harus dibangun. Jalur komunikasi bisa dilakukan dengan mudah. Tersedianya platform-platform digital mempermudah guru untuk melakukan pengembangan  diri. Sistem pengadministrasian sekolah sudah serba digital. Guru harus mampu mengisi datanya masing-masing. Semua kegiatan tidak diserahkan kepada operator sekolah yang notabene tenaga honorer.


 Langkah prioritas

Kita menyambut baik program kementerian dengan adanya Asesmen nasional (ANBK). Proses digitalisasi terus melaju tanpa ada kata mundur. Bagaimana siswa saya  kelas 5  SD yang tidak pernah memegang mouse,  menggerakkan jari-jemarinya  memainkan keyboard.  


Tak kalah penting guru-guru dipaksakan untuk mengisi survey lingkungan belajar sebanyak-banyaknya 63 soal yang bisa dilakukan di handphone masing-masing. Unsur keterpaksaan harus dilakukan agar tidak terlena dengan zona nyaman. 


Berdasar pada pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam isian survey, sekolah bisa mengevaluasi apakah semua kegiatan sudah dilakukan? kepala sekolah dan guru bisa melakukan instrospeksi diri. Apapun hasilnya dapat dijadikan bahan untuk menyusun program kegiatan sekolah.


Menanggapi fenomena yang ada dan paling mendesak,   saya lebih  memprioritaskan    sosialisasi penggunaan gawai yang tidak terkontrol. Setelah pelaksanan  PAS ada liburan sekolah. Peserta didik lebih banyak berkumpul dengan keluarga mereka. Sudah pasti anak-anak dalam keseharian bergumul dengan gawai.  Kondisi orang tua  kurang memahami bagaimana cara mengontrol tingkah laku anaknya pada saat memegang gawai.  Suatu waktu saya melakukan pendekatan dengan beberapa orang tua, karena ada anak yang kurang bisa dikendalikan. Setelah dilakukan diskusi, orang tua tersebut mengeluh bahwa keseharian anak tersebut main game dan menonton YouTube. Kita tidak tahu tontonan apa yang dilihat anak tersebut. 


Ternyata orang tua memerlukan edukasi. Dengan langkah pasti materi yang saya peroleh dari pelatihan GMLD yang dicetuskan oleh Bapak Wijaya Kusumah atau Omjay  saya persiapkan untuk mengedukasi mereka. Cara pengaturan penulusuran di google, deteksi orang tua, pengaturan penggunaan gawai dalam sehari dan sebagainya. 


Pemberian kesibukan di saat libur  harus dilakukan sebagai  wujud pengembangan literasi sekolah. Guru-guru saya kemaren sebagian sudah menguasai pemanfaatan akun belajar dengan platform digital  berupa google site dan blog, serta  pengaplikasian google form. Hanya saja penggunaan belum maksimal. Untuk itu perlu menyamakan langkah untuk membantu anak didik kita sehingga terhindar dari salah asuh. Penggunaan blog akan saya manfaatkan untuk  konsumsi peserta didik dibawah pantauan orang tua. Tidak semua siswa mempunyai fasilitas tersebut, namun paling tidak untuk menghindari tontonan yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh anak-anak.

 

Tidak ada sesuatu tidak bisa dilakukan. Suka tidak suka era digitalisasi harus kita hadapi. Menyamakan langkah demi  kemajuan pendidikan, menyelamatkan anak-anak  dari pola salah asuh. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sudah menjadi tanggung jawab guru. Guru harus terus menambah wawasan. Sinergi antara kepala sekolah, guru,orang tua dan masyarakat sekitar harus terus dilakukan. 


Di tulis oleh : Aini Farida, S.Pd

(Kepala SDN 3 Samuda Kota)









Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelombang Senja

Membangun Digital Space yang Aman Untuk Anak

BUku Mahkota Penulis, Buku Muara Penulis