Menguak Dapur Penerbit
Tanggal Pertemuan : 4 Agustus 2021
Resume ke : 11
Tema : Menguak Dapur Penerbit
Nara Sumber : Edy S. Mulyanta, S.Si, M.T
Moderator : Sri Sugiastuti, M.Pd
Gelombang : 19
Kompetensi penulis akan berpengaruh pada produktivitas karyanya dalam menjalin kerjasama dengan penerbit. Mampu membaca peristiwa aktual menentukan efektivitas pemasaran. Pada kesempatan belajar menulis bersama Om Jay dan PGRI akan mengupas tuntas permasalahan dalam hal penerbitan buku. Sebagai narasumber adalah Bapak Edi Mulyana, S.Si, M.T dan dengan moderator Ibu Sugiastuti, M.Pd dengan tema "Menguak Dapur Penerbit."
Sebelum kita mengupas tuntas tentang dapur penerbit, alangkah baiknya kita mengenal dahulu profil Bapak Edy Mulyanta S.Si, M.T. Malang melintang di berbagai profesi menunjukkan adanya kompetensi yang tidak kaleng-kaleng. Sebelum bergabung dengan Penerbit Andi beliau pernah bekerja di staff LitBang Komputer PT Wahana Semarang, staff EDP PT Sanggar Film Semarang, Lab. Komputer STMIK Ika proactive Yogyakarta, sebagai Dosen tamu Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta, Staff Net Bussines PT Bayu Indra Grafika Yogyakarta. Saat ini posisi beliau pada Penerbit Andi sebagai Publishing Consultant Andi Publisher. Banyak karya yang sudah beliau tulis mengingat beliau berangkat dari seorang penulis. Beberapa karya bisa dibuka pada tautan https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=en&oi=ao). Pernah mengenyam pendidikan S1 geografi universitas Gajah lulus tahun 1994, S2 Magister Teknologi Fakultas Elektro lulus tahun 2006. Profil lengkap bisa dilihat https://omjaylabs.wordpress.com/2020/04/22/biodata-edi-s-mulyanta/
Pandemi Covid 19 melumpuhkan segala aktivitas secara masif. Dengan demikian terjadi transformasi kegiatan belajar mengajar dengan sistem daring. Kesiapan sekolah baik dari segi sarana dan prasarana, sumber daya manusia sangat menentukan. Seorang guru harus memiliki kompetensi sehingga mampu menciptakan suasana pembelajaran sebagai pengganti pembelajaran tatap muka. Guru kreatif mengambil peluang dengan tidak menyia-nyiakan waktu yang terbuang. Memupuk kreatifitas melalui menulis sebagai wahana ikut memperjuangkan keterlaksanaan Program Literasi Sekolah.
Pandemi Covid 19 juga suatu pukulan keras bagi perekonomian. Menurunnya daya beli masyarakat dan berkurangnya aktivitas komunikasi sosial menyebabkan sepinya omset produktivitas material. Sebagian besar mereka memilih untuk menahan diri untuk bertahan hidup dengan mengurangi pengeluaran-pengeluaran sekunder.
Bapak Edy Mulyanto menuturkan bahwa pandemi Covid 19 membuat dunia penerbitan dan percetakan terguncang seperti halnya dengan industri lainnya. Dengan menurunnya Omset penjualan harus memikirkan bagaimana agar bisa bertahan. Mengacu pada undang-undang nomor 3 tahun 2017 tentang sistem perbukuan dan diikuti oleh peraturan pemerintah 2 tahun kemudian yakni PP nomor 75 tahun 2019, sebagai payung hukum bagi penulis dan penerbit untuk selalu bekerja sesuai dengan perannya masing masing. Undang-undang nomor 3 tahun 2017 menjelaskan bagaimana proses industri penerbit dan unsur-unsur yang ada didalamnya. Sedangkan UU no 75 tahun 2019 menjelaskan lebih detail mengatur proses membuat naskah hingga menyebarluaskannya. Bagaimana penerbit mayor mengelola naskah untuk disebarkan di outlet-outlet yang menjadi sumber pendapatannya.
Dikotomi Penerbit mayor dan minor
Undang Undang Perbukuan dan Peraturan Pemerintah tidak mengatur keberadaan penerbit mayor dan minor. Pembeda penerbit mayor dan minor merupakan proses alamiah berdasarkan jumlah produksi. Penerbit mayor mempunyai jumlah produksi lebih besar dari pada penerbit minor. Perpustakaan Nasional menggolongkan berdasarkan kapasitas produksi yang termuat dalam ISBN. ISBN mempunyai kode unik yang menginformasikan tentang judul, penerbit, kelompok penerbit.
Dari segi pemasaran dan produktifitas menunjukkan adanya perbedaan diantara keduanya sehingga muncullah pemetaan, berdasarkan jumlah produksi, pengelolaan dan jangkauan pasar. Penerbit mayor selalu memproduksi dalam jumlah besar berdasarkan target oplah dan untuk pemasarannya pun menjangkau wilayah yang sangat luas, memiliki outlet/toko yang tersebar diberbagai wilayah. Dengan demikian penerbit mayor mempunyai pengelolaan yang sangat rapi, dalam tingkatan perusahaan besar. Sedangkan penerbit minor memproduksi dalam jumlah terbatas, tidak mempunyai jaringan yang luas dan penulis juga harus melakukan self publishing.
Dikotomi penerbit mayor dan minor juga dilakukan oleh perguruan tinggi. Mendikbud DIKTI mensyaratkan terbitan buku harus berskala nasional penyebarannya.
Produktifitas penerbitan
Kebijakan pemerintah yang berupa PSBB dalam menangani pandemi Covid 19 berakibat melambatnya penjualan disetiap outlet buku. Sebagaimana yang disampaikan bapak Edy Outlet Gramedia telah memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya.
Bagi penerbit, outlet merupakan media andalan untuk memasarkan buku. Di masa pandemi mengubah pola pendistribusian karena banyak toko buku mengalami penutupan. Di masa WFH Penerimaan naskah baru terus mengalir, mengingat banyak waktu luang untuk menulis. Melambatnya pemasaran buku yang diakibatkan penutupan outlet-outlet buku sangat berimbas pada penerbit dan secara otomatis akan mengurangi produksi buku dan sebagai penulis yang telah memasukkan naskahnya ke penerbit harus sabar menanti dan membuang jauh impian agar bukunya cepat terpampang di toko buku.
Terobosan baru terus dilakukan untuk mempertahankan pasar, mengingat sebelum adanya pandemi penjualan buku sangat bagus. Pembukaan outlet-outlet baru telah diuji cobakan. Identifikasi tema-tema baru disebarkan ke para penulis. Tema-tema aktual mengenai virus corona sebagai bahan penulisan buku. Sebuah tantangan tersendiri bagi penulis, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah. Namun bagi penerbit Andi, database penulis yang sudah tersimpan dapat diidentifikasi, siapa penulis yang berkompeten di bidangnya. Sehingga materi bisa dengan cepat diramu dan untuk selanjutnya buku bisa lauching
Produktifitas penulis dari kalangan pendidik (para guru dan dosen) masih terjaga dengan baik, sehingga yang menjadi kendala justru pada tahap pengolahan naskah mulai dari editorial, setting perwajahan dan cover hingga produksi buku cetak. Untuk mempercepat proses penerbitan penulis harus melakukan editing mandiri dan untuk mempercepat proses editorial dari sisi penerbit. Bagi penulis update materi yang terbaru adalah menjadi mutlak diperlukan karena merupakan daya tawar untuk bisa tembus ke penerbit mayor. Seperti kita ketahui bahwasanya untuk pemasaran Buku secara masal harus menyesuaikan dengan kondisi pasar yang fluktuatif.
Penjualan online sangat membantu dalam pemasaran buku. Produksi buku digital atau e-book memberi kesempatan untuk selalu berkibar, mengingat tren pasar saat ini. Untuk penerbitan buku digital, Penerbit Andi melakukan kerjasama dengan Google Books yang bisa dilihat pada link bukudigital.my.id Menurut Bapak Edy bahwa buku yang ada di google books bisa dibaca free sebesar 20 %. Jika buku digital sudah dibeli tidak bisa dibagikan ke orang lain. File buku sudah tersimpan di Server Google. Keberadaannya cukup aman sehingga orang lain yang tidak membeli buku tidak mempunyai jalur akses.
Contoh buku hasil pelatihan menulis
Banyak penulis pemula yang lolos tembus ke penerbit mayor yang terkadang memanfaatkan captive market. Captive marker merupakan kondisi dimana pembeli hanya dihadapkan pada pilihan yang terbatas. Massa calon pembeli sudah dikuasai. Melihat peluang tersebut penerbit sangat percaya untuk menerbitkan buku karena sudah berbagi data dengan penulis. Untuk memuluskan perjalanan , bisa menggandeng penulis lain untuk memproduksi buku. Dengan menggandeng penulis lain maka akan memperkecil biaya.
Paparan sudah kita pahami tentang seluk-beluk dapur kepenerbitan. Sebagai calon penulis mendapatkan peluang yang besar untuk bisa menembus ke penerbit mayor dengan melakukan update informasi aktual. Topik yang menjadi permasalahan dan pembahasan hangat di masyarakat. tulisan kita buat menjadi unik, sehingga nantinya mempunyai daya tarik tersendiri bagi calon konsumen dan tren selera pasar. Kabar gembira bagi penulis pemula bahwa penerbit Andi memberi peluang untuk memenuhi permintaan cetak mulai 10 eksemplar hingga 300 eksemplar yang disesuaikan daya serap pasar.
Tidak mudah hal tersebut dilakukan oleh penulis pemula. Belajar terus dan selalu berkomunikasi dengan sesama penulis yang sudah senior merupakan langkah yang tepat. Belajar dimanapun berada dengan menambah wawasan, peka terhadap lingkungan, akan menyempurnakan tulisan kita. Tiada kata jera untuk menulis walupun tulisan belum memenuhi standar. Melakukan perbaikan sedikit demi sedikit maka waktu yang akan menyempurnakan. Sukses berkarya.
Siap menjadi buku
BalasHapusSemakin mantap tulisannya. Sepertinya dibungkus. Semangat terus, Ibu.
BalasHapusTerimakasih bu
Hapusbagus..jelas.. lanjut..semangat...maju bersama
BalasHapus