Menjadikan Menulis Sebagai Passion

 Tanggal pertemuan     :  12 Juli 2021

Resume ke                   :  1

Tema                             : Menjadikan Menulis Sebagai Passion

Narasumber                   :  Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd

Moderaotr                      : Aam Nurhasanah, S.Pd

Gelombang                     : 19



Membuat tulisan terasa sulit bagi yang tidak terbiasa. Hanya orang profesional yang bisa melakukannya. Keinginan menjadi penulis sangat mustahil. Kemustahilan bisa di ubah menjadi kenyataan. Dengan bekal keyakinan yang kuat tanpa putus asa. Ikhtiar akan membuktikan secara nyata. Sebuah materi yang disampaikan oleh Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd dengan tema" Menjadikan Penulis Sebagai Passion" membongkar segala misteri, sebagai modal awal untuk bertutur melalui buah pena.

Om Jay membuka kegiatan belajar menulis PGRI dengan memperkenalkan narasumber yakni Ibu Dra. Sugiastuti, M.Pd atau biasa disapa dengan sebutan Ibu Kanjeng dengan moderator Ibu Aam Nurhasanah, S.Pd. Mengenal sosok Ibu Kanjeng, beliau adalah seorang guru dan juga pegiat literasi, sebagai motivator, bloger, sebagai editor sejak tahun 2019 dan pengurus PGRI Surakarta Jawa tengah. Beliau mengenyam pendidikan S1 di FKIP Bahasa Inggris UNS dan S2 di UNS. Menurut penuturan ibu Aam, berkat peran beliaulah sosok Aam mengikuti jejak senior dengan memperoleh manfaat bisa menerbitkan buku tentang moderator, menjadi kurator dan saat ini dalam tahap menjadi editor. Banyak karya yang ditorehkan ibu kanjeng, sudah menulis 21 buku dan karya beliau tembus ke penerbit Erlangga dan PT Andi Offset Yogyakarta.

Menulis sebagai Passion

Kadang kita berpandangan bahwa menulis merupakan bakat bawaan. Bakat menulis tidak serta merta datang dengan sendirinya. Untuk menjadi penulis memerlukan proses. Berawal dari hal yang kecil Kemudian dipupuk, akhirnya tumbuh dan berkembang. Di saat kita masih duduk di bangku sekolah, baik dari SD, SMP, SMA atau bahkan ke Perguruan Tinggi, menulis kita anggap hanya sebagai pemenuhan ketuntasan terhadap mata pelajaran. Kita ambil contoh pelajaran bahasa Indonesia, mendapatkan tugas untuk membuat paragraf narasi, deskripsi, eksposisi ataupun persuasi. Bisa membedakan jenis-jenis tulisan tersebut maka target terhadap pemahaman materi sudah selesai. Kita juga dilatih menyusun kerangka, mengembangkan pokok pikiran menjadi suatu paragraf. Tujuan akhir dari pembelajaran tersebut sama sekali tidak kita pikirkan. Padahal langkah tersebut merupakan awal untuk mempermudah membuat tulisan dalam bentuk apa pun baik fiksi maupun non-fiksi

Teori  tentang menulis yang kita dapatkan  di bangku sekolah,  tidak kita praktekkan secara terus menerus. Tidak kita tekuni dengan sungguh-sungguh. Budaya bermalas-malasan, ingin santai dan tidak mau repot. Dari hal tersebut menimbulkan asumsi bahwa menulis itu susah. 

Menulis akan mudah jika kita mengetahui rahasia kepenulisan. Rahasia tersebut adalah sebagaimana Ibu Kanjeng sampaikan "Jadikanlah Menulis Sebagai Passion."  Passion merupakan   sebuah perasaan antusiasme yang sangat kuat pada seseorang untuk melakukan ataupun mengerjakan sesuatu (wikipedia). Sedangkan menurut KBBI Passion adalah kegemaran, gairah, keinginan yang besar, semangat, emosi, kemarahan dan kegemaran. Menulis sebagai passion dalam artian menulis harus dijadikan kegemaran atau hobi. Jika seseorang sudah menekuni hobinya maka dia akan memprioritaskan pekerjaan tersebut menjadi kegiatan rutin yang tak mau ditinggalkan. 

Menjadikan menulis sebagai passion sangat menjanjikan. Jika kita lakukan sebagai kegiatan rutin yang bernilai positif dan dilaksanakan dengan ikhlas, maka akan menaikkan rating tanpa diminta. Profesi menulis akan menempatkan posisi seseorang menjadi terhormat dan dihargai secara sosial. Nilai tambah sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir. Sebagai rujukan di masyarakat terhadap fenomena yang terjadi. Mampu memecahkan masalah sesuai kapasitas keilmuan. Kearifan dalam bersikap.

Ibu Kanjeng menuturkan juga bahwa banyak orang yang menginginkan jadi penulis, namun hanya sekian persen yang dapat mewujudkannya. Beberapa alasan yang sering muncul adalah tidak merasa berbakat, tidak mempunyai ide, tidak suka menulis, tidak memiliki waktu, kurang percaya diri dan kurang suka kritik. Perasaan rendah diri memicu kemandegan untuk melakukan kreatifitas. Kerapuhan dalam menghadapi tantangan menyebabkan ketidakmampuan untuk berfikir kritis. Faktor penghambat untuk berkarya sebenarnya banyak disebabkan oleh faktor internal. Kurangnya motivasi dan etos yang kuat untuk menghasilkan karya.

Untuk melawan faktor penghambat memerlukan   komitmen dan kesungguhan,  membangkitkan rasa percaya diri dan kuatkan motivasi. Fakto-faktor internal harus kita singkirkan.  Untuk membangun agar menulis menjadi " Passion" langkah awal adalah dengan menambah referensi, banyak membaca buku, mendengarkan dan menonton YouTube, mengikuti kelas-kelas online dan yang paling penting adalah harus mempunyai etos yang kuat.

Saat menulis sudah menjadi passion, mencari referensi-referensi tetap kita lakukan. Membuat catatan-catatan dan coretan-coretan dengan mengawali sebuah pertanyaan "WHY" dan untuk selanjutnya "HOW"

Pertanyaan Why (mengapa kita menulis) lebih filosofis dan berhubungan dengan nilai, visi hidup kita di dunia. Beberapa penjabaran dari pertanyaan tersebut bisa dikembangkan, misalnya: "Mengapa kita dimusuhi orang?", "Mengapa saya gagal?", "mengapa sukses?", dan sebagainya. Dari beberapa penjabaran tersebut kita himpun imajinasi dan ide.

Pertanyaan How (bagaimana cara menulis) lebih bersifat teknis dan jawabannya cenderung mudah dipelajari melalui proses latihan.

Dari berbagai ide kita kembangkan, pertanyaan mengapa dan bagaimana akan mendapat beragam tulisan. Masing-masing penulis mempunyai persepsi yang berbeda sesuai obyek dan konteks yang dihadapi dan berproses hingga menjadi tulisan yang runtut. Tulisan yang beragam dipengaruhi oleh beberapa orientasi yang diasumsikan oleh setiap individu.
Adapun beberapa orientasi ketika menulis antara lain.
  1. Orientasi Material,  tujuan menulis untuk mengejar uang, bisa dari royalti, fee pembicara, dan lain-lain. Apalagi jika berhasil menulis novel hingga sampai diangkat ke layar lebar. 
  2. Orientasi Ekstensi, tujuan mengejar popularitas dan pengakuan dari masyarakat.
  3. Orientasi personal, tujuan yang bersifat pribadi untuk mencurahkan atau mengekspresikan perasaan, pengalaman atau kisah pribadi agar dapat dibaca oleh orang lain.
  4. Orientasi sosial, tujuan untuk mempengaruhi atau mengubah cara berfikir masyarakat serta membangun peradaban.
  5. Orientasi Spiritual, tujuan untuk beribadah dan memperoleh pahala dengan mengajak pembaca melakukan perbuatan baik
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penulis

Untuk menjadi penulis harus berproses. Waktu yang dibutuhkan untuk berproses tergantung kemauan yang kuat dan sudah semestinya harus melalui langkah-langkah antara lain :

  1. Read, berapa banyak bahan bacaan yang kita baca baik yang bersifat general ataupun spesifik. 
  2. Discuss, berapa sering kita mendiskusikan dan merenungkan isi buku yang pernah kita baca,
  3. Look & Feel, berapa sering kita mengamati dan merasakan apa yang terjadi di lingkungan kehidupan sekitar.
  4. Sosialize,  Seberapa luas pergaulan dan  area sosialisasi kita dengan orang lain.
Banyak cara yang ditempuh untuk menjalani profesi sebagai penulis. Kegemaran membaca merupakan salah satu tahap dalam proses tersebut. Buku yang tersedia banyak, tinggal kita yang menyikapi. Buku-buku tersebut bahkan ada yang berbentuk E-book, Jurnal, Majalah dan berbagai artikel yang tersebar di internet.  Sering mengamati obyek yang menjadi pusat inspirasi. Melihat dan merasakan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menonton TV, radio, internet media sosial dan lain-lain. Menyerap pengetahuan, pengalaman atau kisah orang lain.  Sering melakukan diskusi tentang bahan bacaan yang kita baca, bahkan lebih bagus jika memiliki mentor untuk membimbing kita. 

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam proses menulis adalah:

  1. Menggali dan menemukan gagasan/ide, penulis melakukan kegiatan penggalian gagasan atau ide. Kegiatan ini bisa dilakukan melalui pengamatan baik terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi, imajinasi dan kajian pustaka. Untuk mempermudah proses penemuan ide, cara efektif yang dapat digunakan adalah melalui brainstorming.
  2. Menentukan tujuan, Genre dan Segmen pembaca, penulis harus menentukan target segmen pembaca. Sasaran pembaca akan menjadi bahan pertimbangan penting dalam menemukan warna tulisan. Selain itu kita harus memastikan tulisan akan marketable
  3. Menentukan Topik, Hal ini dilakukan penulis setelah menetapkan untuk apa menulis, genre apa yang ditulis, dan tujuan menulis untuk siapa sasaran pembacanya. Misalnya tujuan menulis untuk memberikan informasi yang benar tentang kesehatan. Genrenya adalah tulisan populer. Jika sasarannya adalah orang tua (manula) maka penulis bisa menentukan tulisan, misalnya dengan topik " Hidup sehat di usia senja"
  4. Membuat Outline, merupakan bentuk kerangka tulisan. Kerangka tersebut menunjukkan gambaran materi yang akan ditulis. Menulis outline cukup garis besarnya saja. Karakteristik outline yang baik memiliki kesederajadan yang logis, kesetaraan struktur, kepaduan dan penekanan.
  5. Mengumpulkan bahan materi/buku. Penulis wajib membaca banyak buku dan sumber bacaan lain untuk memperkaya ide atau gagasan yang dapat dikembangkan.
Ibu Kanjeng melanjutkan paparan dengan menayangkan pertanyaan " Bagaimana kita menulis?" Jawabnya adalah "Just do It"
Selama dalam proses, penulis pemula harus fokus pada ketekunan ( persitence), harus sabar. Menulis semampu kita terlebih dahulu dan tidak harus sempurna, bersikap tidak terlalu idealis. Untuk memotivasi diri, kita juga harus membayangkan jika buku kita best seller. Kita akan menjadi penulis populer, diundang ke berbagai acara, berkesempatan memiliki relasi yang luas. Dari hasil kita menulis, kita bayangkan juga mendapatkan royalti sehingga mampu mencukupi keluarga, anak-anak atau membantu orang tua, yang merupakan manfaat jangka panjang. Menulis merupakan investasi akhirat. Menulis buku juga dimaknai sebagai amal sholeh yang tidak pernah putus sepanjang masih dibaca dan mendatangkan manfaat bagi orang lain.

Dalam proses menulis  juga harus memperhatikan: 

  1. Time Target (target waktu),
  2. Dicipline (disiplin),
  3. Comportability (kenyamanan),
  4. Facilities (memiliki fasilitas,)
  5. Mood Booster.
Setelah Menyelesaikan naskah kasar dari buku yang kita tulis (rough draft), tahapan yang harus kita lewati adalah

 1.Penyuntingan (Editing)

Penyuntingan merupakan langkah perbaikan draf naskah. Membaca ulang dan menyempurnakan draf. Apakah daft naskah, teknik penulisannya sesuai dengan pedoman PUEBI tahun 2016: pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca dan penulisan unsur-unsur serapan. Selain itu dalam penyuntingan harus memperhatikan sistematika dan isi tulisan. Apakah sudah runtut keterkaitan antar kalimat dan paragraf.

2. Revisi (revising)

Yaitu langkah memperbaiki naskah. Pada tahap ini jika ada beberapa bagian naskah yang kurang pas kita perbaiki, menambah materi yang belum terdapat di dalam naskah, menghapus beberapa bagian naskah yang tidak perlu. dan mengevaluasi kembali naskah untuk menihilkan kesalahan tulis.


3. Publikasi (Publishing )

Setelah naskah kita selesai dilakukan revising, maka tinggal melakukan pengiriman ke penerbit. Ada dua jalur penerbitan yaitu penerbit umum (major publishing) dan penerbit independen (self publishing). Sebelum terbit ada proses pracetak yang meliputi perwajahan buku (cover), tata letak (layout), pengurusan ISBN (internasional standard book number). Proses ini melibatkan pihak lain. Penulis bisa diminta membantu desainer untuk membuat cover dan sinopsis. Sinopsis memuat judul buku, pengarang dan ringkasan isi buku. Proses akhir dalam penulisan buku adalah pencetakan. Hal ini tergantung penerbit sebagai relasi kita. Bisa melalui penerbit mayor atau penerbit indie dan produknya juga bisa berbentuk cetak maupun digital. Kedua penerbit tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk promosi dan distribusi bisa dilakukan melalui media sosial (Facebook, Instagram, WatshApp, dan lain-lain), melalui resensi buku di media cetak seperti koran, majalah, buletin, selebaran, bedah buku, seminar, talk show atau yang lainnya)

Sebagai penutup bisa diambil kesimpulan, semua orang mempunyai kesempatan untuk menulis asalkan mempunyai kemauan. Banyak ide di sekitar kita yang bisa diambil. Dari hasil kegiatan membaca di media apa pun, menonton, mengamati lingkungan sekitar dan menggali keresahan yang ada dibenak kita. Jangan kita lewatkan pengalaman-pengalaman yang kita alami hanya berlalu begitu saja. membuat coretan setiap ada keresahan, kita kumpulkan tulisan yang berserakan tersebut. Kita jadikan menulis suatu pembiasaan dan hobi. Jadikan menulis sebagai passion.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelombang Senja

Membangun Digital Space yang Aman Untuk Anak

BUku Mahkota Penulis, Buku Muara Penulis