Merajut Asa di Balik Pandemi
Mentari masih bertengger di batas tegak. Semilir angin berhembus, dedaunan berkelok melambai. Tenangnya aliran Sungai Sepihan, membawa keceriaan anak-anak dusun. “Byur, byur …” Beberapa dari mereka meloncat ke sungai, kepiawaian berenangnya sudah tidak diragukan lagi. Kali ini Ari tidak ikut serta mengikuti jejak rekannya. Ia berdiri mematung, sesaat kemudian membalikkan badannya. "Ada apa Nak, kau tidak ikut bermain dengan mereka?" Sapa emaknya dari kejauhan. Ari hanya menggelengkan kepala kemudian mendekati emaknya yang berada di samping rumah. "Ari bantu ya, Mak" kata Ari sembari mengambil pisau untuk memotong kayu bakar. "Aduh…" teriak Ari sambil memegang tangannya yang sedikit tergores pisau. 'Hati-hati Ar" timpal emaknya. Memang Ari kurang fokus karena pandangan matanya tertuju pada sepeda tuanya yang lama tidak bisa digunakan. Ia teringat akan tugas sekolah yang diberikan Pak Rudi guru kelasnya. Oleh karena Ari tid