Waktu Telah Menjemput mu

, Bunyi dering grup wa begitu beruntun. Pagi yang seharusnya aku  nikmati dengan aktivitas rutin untuk persiapan sarapan keluarga,  harus berhadap dengan perangkat laptop.  Pikiran hanya tertuju pada tagihan berkas TPP yang mendadak diminta oleh Korwil kecamatan untuk dilakukan pengumpulan secara kolektif ke kabupaten, mengingat jarak dinas pendidikan dari empat kami 45 km, sehingga bisa memanfaat waktu untuk kegiatan lain yang tak kalah penting 


Kenyataan seringkali berbalik dari apa yang kita rencanakan. Notifikasi grup WA berdering  bersahutan lagi. Ada apa gerangan.   Sepintas terbaca ucapan doa-doa.  Kecurigaan mulai muncul. Bergegas aku buka, ku geser keatas scroll layar handphone untuk mencermati chatingan grup Wa. Innalillahi wainna ilaihi rojiun . Ternyata salah satu rekan kami telah tiada Semoga  amal beliau diterima disisi Allah SWT, aku turut memberikan irirngan doa.


Planning yang sudah tersusun berubah untuk kerumah duka untuk melakukan takziah. tidak ada rencana manusia yang sempurna kecuali datangnya dari Sang Pencipta


Satu persatu orang orang terdekat meningkatkan kita. Semua tidak bisa tertolak dengan apa yang disebut kematian. Semua orang pasti mati, namun kita seringkali kita berasumsi bahwa kematian kita masih lama.


Ya… aku menepuk-nepuk pipi kanan dan kiriku,.masih sadarkah aku?  Ku buka ulang fitur WhatsApp yang tidak lepas dari perhatian.  Secara reflek,  tangan ini tergerak-gerak mencari nama dengan inisial  yang berawal huruf "I"  itulah huruf awal adik Ipar ku.  Pelan-pelan aku buka chating an yang telah kami lakukan.   


Mataku tertuju pada  Kalimat  "mbak …., "Aku lagi di Surabaya..doanya yang selalu ku harap,"   kata-kata yang diucapkan begitu menyayat, ada aroma .keputusasaan yang tersemat. 


Ya…..   aku menyadari, sudah cukup lama dia berjuang melawan musuh yang selalu meneror pertahanan tubuhnya. Mereka datang dari berbagai penjuru. Sementara itu himpitan hidup seakan menekan untuk menjerumuskannya masuk ke dalam.palung begitu dalam. 


Ku baca  satu chating an lagi dengan nada yang  nada  sama "  Doanya yang selalu ku harap, ini masih transfusi terus, sudah masuk 17 kantong", dengan emoji menangis. "Hb sama trombosit jelek" timpalnya lagi.  Apa yang bisa ku lakukan, sementara jarak   yang tidak bisa memungkinkan untuk aku jangkau.


"Mbak… rumahku bermasalah, aku harus keluar dari rumah. Kami  harus mencari  rumah kontrakan."  Kata-kata yang dilontarkannya. Aku tidak bisa berpikir jernih. Apa yang bisa aku lakukan untuk membantunya. Ketika pandanganku kosong. Jarak kita dipisahkan oleh lautan luas. Bagaimana aku bisa melihat saat menangis? Penderitaanmu seakan tiada berakhir. Sementara anak-anak masih mengenyam pendidikan yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. 


Handphone ini selalu ON untuk menerima keluh kesah, sekedar untuk meredakan rasa nyeri di dada.  " Mbak aku sudah dapat rumah kontrakan, lumayan untuk kami sekeluarga.' katanya lagi via telepon. Perasan gembira terpancar, namun nyali masih ciut. Badai belum berlalu. Perjuanganmu begitu gigih. Terakhir kali kau berpamitan untuk melakukan kemoterapi.  Doaku selalu mengiringi. Setiap  saat kau kirimkan Khabar keadaanmu  kepada kami.  


'.Mbak.. Alhamdulillah aku dah selesai kemo dan ini dalam perjalanan pulang".  Kata dia via telepon.


Hari kami ini merasa lega,  sebentar lagi akan tuntas pengobatan itu. Penyakit kanker payudara yang kau derita masih stadium 2,Insyaallah tuntas. Pikiranmu ikut merasakan ketenangan. 


"Mbak … aku susah makan, lambungku gak kuat". Kata-kata itu menjadikan gelisahku. Pertahananmu sudah mulai.runtuh. Kamu melontarkan kata-kata 'Aku pasrah" ya... begitu memilukan bagiku.


Tak lama kemudian hpku berdering pada panggilan telepon dari keponakanku. Bude…,, mama drop lagi gak bisa ditanyai i.sekarang masuk UGD.  Perkembangan terus kami.pantau dan Allah memang lebih menyayangimu..Innalilahi wainna.ilaihi rojiun….kau telah kembali dengan tenang. Selamat jalan saudaraku. Insya Allah anak-anakmu kuat dan tabah. Kami akan selalu memantau mereka. Kami berusaha mengiklaskanmu, walalupun perasaan ini kami masih akan hadir untuk kami, Perasaan ini kadang masih menunggu telepon dari mu. Semua perasan harus ak tepis.


 Kesadaranku pulih, Cepat atau lambat... waktu itu akan datang.memjemout kita. Kemaatian  itu pasti.  Manusia.tidak bisa menolak  dan minta tambahan waktu untuk melakukan sesuatu. Allah telah menentukan usia manusia sesuai jatah yang diterima. Kapan waktu itu akan datang tidak ada yang mengetahui.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelombang Senja

Membangun Digital Space yang Aman Untuk Anak

BUku Mahkota Penulis, Buku Muara Penulis