Postingan

Merajut Asa di Balik Pandemi

 Mentari masih bertengger di batas tegak. Semilir angin berhembus, dedaunan berkelok melambai. Tenangnya aliran Sungai Sepihan, membawa keceriaan anak-anak dusun. “Byur, byur …”    Beberapa dari mereka meloncat ke sungai, kepiawaian berenangnya sudah tidak diragukan lagi. Kali ini Ari tidak ikut serta mengikuti jejak rekannya. Ia berdiri mematung, sesaat kemudian membalikkan badannya.    "Ada apa Nak, kau tidak ikut bermain dengan mereka?" Sapa emaknya dari kejauhan. Ari hanya menggelengkan kepala kemudian mendekati emaknya yang berada di samping rumah.  "Ari bantu ya, Mak" kata Ari sembari mengambil pisau untuk memotong kayu bakar.  "Aduh…" teriak Ari sambil memegang tangannya yang sedikit tergores pisau.  'Hati-hati Ar" timpal emaknya.  Memang Ari kurang fokus karena pandangan matanya tertuju pada sepeda tuanya yang lama tidak bisa digunakan. Ia teringat akan tugas sekolah yang diberikan Pak Rudi guru kelasnya. Oleh karena Ari tid

Isna yang Malang

 Gadis kecil itu terlihat menjadi dewasa. Tampilan polosnya harus menyandang beban batin. Perlakukan bullying seringkali didapatkan. Isna … itulah nama panggilannya.Ia berasal dari keluarga yang amat sederhana. Pagi-pagi buta kedua orang tuanya harus bekerja. Sebagai buruh tani, mereka mengerjakan lahan milik tetangga.  Terlahir sebagai anak tunggal, sudah barang tentu disayangi oleh kedua orang tuanya. Di tengah-tengah kesibukannya , jika ada kesempatan mereka mengantar atau menjemput Isna saat pulang sekolah. "Bu .., saya titip  Isna…, kata pak Roni kepada Bu Rina wali kelasnya. Senyum tipis mengembang di raut wajah Bu Rina. ":Insya Allah pak, jangan khawatir," sahut Bu Rina.  Bu Rina sangat memahami bagaimana kondisi Isna. Sebagai anak yang memiliki kekhususan, harus memikirkan bagaimana memberi perlakuan semestinya. Namun seringkali kesulitan menangkis perlakukan olok-olok.dari teman-temannya. Maklum mereka masih kelas 2 SD. Walaupun sudah diberi pengertian, m

Waktu Telah Menjemput mu

, Bunyi dering grup wa begitu beruntun. Pagi yang seharusnya aku  nikmati dengan aktivitas rutin untuk persiapan sarapan keluarga,  harus berhadap dengan perangkat laptop.  Pikiran hanya tertuju pada tagihan berkas TPP yang mendadak diminta oleh Korwil kecamatan untuk dilakukan pengumpulan secara kolektif ke kabupaten, mengingat jarak dinas pendidikan dari empat kami 45 km, sehingga bisa memanfaat waktu untuk kegiatan lain yang tak kalah penting  Kenyataan seringkali berbalik dari apa yang kita rencanakan. Notifikasi grup WA berdering  bersahutan lagi. Ada apa gerangan.   Sepintas terbaca ucapan doa-doa.  Kecurigaan mulai muncul. Bergegas aku buka, ku geser keatas scroll layar handphone untuk mencermati chatingan grup Wa. Innalillahi wainna ilaihi rojiun . Ternyata salah satu rekan kami telah tiada Semoga  amal beliau diterima disisi Allah SWT, aku turut memberikan irirngan doa. Planning yang sudah tersusun berubah untuk kerumah duka untuk melakukan takziah. tidak ada rencana manus

Kepeloporan Guru dalam Merdeka Belajar

Gambar
Mengapa harus  Merdeka Belajar?  Kebingungan  selalu muncul setiap ada penawaran brilian yang dianggap sebagai penghambat bagi guru yang merasa pada zona nyaman dengan aktivitasnya. Kebijakan baru yang dikeluarkan  oleh Kemenristek   yakni Merdeka Belajar seringkali ada penyambutan yang tidak mengenakkan. Bahkan sering terlontar celetukan  "Setiap ganti menteri ganti  kebijakan, lihati tidak akan lama lagi, akan ganti lagi kurikulum jika masanya sudah habis" Tidak ada.yang salah dalam peluncuran kurikulum karena dalam pembuatan kebijakan sudah dilakukan evaluasi, menyesuaikan dengan perkembangan zaman.  Hal tersebut seiring  dengan perkembangan IPTEK. Yang menjadi ganjalan  adalah setiap maju selangkah, kita selalu jauh tertinggal dengan negara lain. Sebagaimana dilansir dari laman Okezone.com Staf Khusus (Stafsus) Presiden RI, Adamas Belva Syah Devara mengungkapkan, berdasarkan penelitian seorang profesor di Harvard, Indonesia memerlukan hingga 128 tahun untuk mengejar keter

Ciptakan Peluang Melalui Literasi Digital

Gambar
 GMLD  18 Narasumber :  Leni Priska Moderator   : Deni Darmawan Di era digital banyak peluang yang dilakukan orang untuk melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi tujuan hidupnya. Hal tersebut tergantung orientasi yang diprogramkan, dimana masing-masing individu berbeda-beda. Namun sebagian besar masyarakat merasa kesulitan untuk menciptakan peluang itu. Pelatihan GMLD pertemuan ke 18 yang dibawakan oleh Ibu Leni Priska dengan moderator Bapak Deni darmawan mengajak kita untuk mampu menciptakan peluang melalui Literasi digital. Persaingan global telah menuntut kita untuk mampu menciptakan inovasi melalui dunia digital. Pemerintah telah menjembatani agar kita bisa mengembangkan kecakapan di dunia digital sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo bersama S iber Kreasi bahwa pembangunan konektifitas digital dan talenta digital telah diupayakan pemerintah melalui berbagai program yaitu Penyediaan kapasitas satelit multifungsi pemerintah SATRIA, pembangunan menara

Satu Guru Kibarkan Literasi

Gambar
  Kur angnya minat baca menjadi  permasalahan utama yang sering diperbincangkan.  Bukankah di era digital semakin mudah orang mendapatkan informasi di manapun berada? mengapa banyak guru yang belum mampu mengembangkan literasi sekolah? Apakah mereka tidak kompeten?   Tak  ada usaha maka kompetensi itu tidak akan kita dapatkan. Kompetensi bisa dipupuk dengan ketekunan dan kesungguhan.  Tersedianya nya perangkat digital seyogyanya bisa dimanfaatkan secara maksimal. Penggunaan WhatsApp, Facebook, Instagram diarahkan dalam proses menimba ilmu pengetahuan dan menggali potensi, bukan sekedar melakukan acting dan chating . Literasi pada dasarnya adalah membaca menulis, dan berhitung. Oleh karena itu Asesmen Ketuntasan Minimal (AKM) yang merupakan penilaian dasar meliputi literasi membaca dan literasi berhitung. Kemampuan baca tulis merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki seseorang karena dasar dalam berkomunikasi. Pemberantasan buta huruf telah dilakukan oleh pemerintah sehingg

Satu Guru Menuju Perubahan

Gambar
  " Perubahan"  sebuah kata  penyemangat untuk berbuat  lebih baik. Tanpa ada daya motivasi akan selamanya terkurung dalam lingkaran yang akhirnya akan kembali pada kondisi semula.  Lantas di mana letak perubahan itu? Pendidikan merupakan wadah untuk  mencetak manusia yang berkualitas. Pendidikan sebagai ajang untuk merubah sikap dan tingkah laku, mendapatkan kompetensi dan kecakapan.  Saat ini lembaga pendidikan yang banyak di gunakan adalah sekolah.  Orang tua sudah pasti mencari sekolah yang terbaik untuk anak-anaknya. Sekolah yang bermutu, mampu menghasilkan output  yang bisa diandalkan.  Untuk mendapatkan kesempatan tersebut tidak semua anak memperolehnya, mengingat kondisi lingkungan di mana anak tersebut berada.  Semestinya tidak ada perbedaan antara sekolah satu dengan yang lain. Dimanapun berada sekolah merupakan lembaga pendidikan yang melayani kebutuhan peserta didik. Sebagai rambu-rambu, telah ditetapkan kurikulum.   Di Indonesia telah telah ditetapkan beberapa ku